NOVEL PERTAMA_KU Bagian 8 ''go to the hell with your aid''
VIII
‘’Go
to the hell with your aid!’’
Radja membuka mata-nya yang sembab. Semalaman ia berada White
bar. Sebuah bar di dalam hotel Indonesia yang berdiri menjulang dan megah di
tengah-tengah kota Djakarta. Seandainya saja ada penduduk halim yang mengetahui
keberadaannya di sini,celaka-lah ia. Bisa saja ia langsung di pecat atau malah
di tembak mati oleh perwira-perwira revolusioner yang wajar saja bila berpikiran
bahwa ia adalah mata-mata C.I.A.
White bar memang terkenal dengan sebutan Bar kaum kapitalis.
Selain para pekerja konsulat,bar ini juga di penuhi oleh wartawan dari segala
penjuru dunia yang sedang memburu berita di Negara yang paling menjadi
fenomenal di duna internasional saat ini. Apalagi setelah Presiden soekarno
dengan ber-api-api mengecam Amerika dengan kata-katanya yang sangat terkenal. ‘’Go to the hell with your aid!’’.
Sementara itu,Ketegangan di ibu kota juga telah berlangsung
berbulan-bulan antara PKI dan ‘’musuh-musuhnya’’. Aksi massa yang hampir selalu di kawal dan diprovokasi oleh para pemuda
rakjat dan CGMI ini berlangsung hampir setiap hari.
Ada saja yang mereka tuntut. Ada saja yang ingin mereka
bubarkan. Setelah sukses mengganyang pasukan Manikebuis pimpinan Hb Jassin, mereka juga sukses membubarkan
BPS-nya sajuti melik .
Mereka lalu merusuh dengan menyerang rumah para personil band
koes-bersaudara yang mereka anggap sebagai perusak generasi muda karna masih
tetap ngeyel memainkan musik ngak-ngik-ngok yang terang-terang sudah
dilarang oleh Presiden.
Dan kemarin,yang paling hangat, mereka melakukan Razia besar bersama ratusan polisi
Jakarta raya terhadap penerbit,pengusaha percetakan,penyalur buku,majalah,film,dan
piringan hitam yang berhubungan dengan atau tentang Amerika.
Dan yang paling harus di ingat,bahwa pemuda-pemudi inilah yang bisa di bilang sebagai pemicu awal ledakan
emosi antara PKI dengan Jendral-jendral angkatan darat ketika mereka mengaku
menemukan sebuah dokumen tentang rencana kudeta yang sedang di siap-kan oleh
C.I.A dengan menggunakan tangan kawan-kawan
jendral di angkatan darat. Dokumen itu di temukan di rumah duta besar Cekoslovakia.
Namun kelakuan ganjil mereka malah menimbulkan
simpati besar di kalangan warga ibu-kota. Warga banyak yang ber-anggapan bahwa
apa yang mereka lakukan seutuhnya demi mengemban ajaran-nya bung karno dan
menyelamatkan Soekarnois-me. Namun bukan Soekarnoisme ecek-eceknya BPS.
‘’Hei bung. Sepertinya aku pernah melihatmu’’ seorang pemuda
kurus yang mengenakan kaca mata tebal menghampirinya.
Radja sama sekali tidak mengacuhkan-nya. Ia hanya melirik
sekilas.
‘’Kau ini yang menemani Ai ke toko buku merdeka kan?’’kali ini
ia duduk di kursi kosong di depan meja-nya. Ia merokok dan menyilangkan
kakinya. Sungguh kurang ajar sikapnya.
‘’kenalkan. Aku senior ai di kampus’’ ujarnya sambil menjulurkan
tangan.
Radja tetap tertunduk dan mempermainkan gelas kaca kosong di depannya.
Berarti dia dari HMI’’pikirnya. Namun buat apa dia di sini? Radja mencoba
menahan emosi di dada-nya. Ya,iya selalu emosi bila mendengar nama HMI dan
senior. Ntah kenapa.
‘’Aku radja. Aku abang ai.’’ ucapnya tanpa menyambut uluran
tangan si HMI.
Wajah si HMI tiba-tiba berubah menjadi cerah. ‘’abang?oh. aku
kira’’ ahahaha.
‘’sialan. Kenapa si brengsek ini tertawa’’pikir si radja kesal.
Tidak perlu di jawab sebenarnya ia sudah bisa menebak kenapa si HMI ini
tertawa. Tapi ada yang mengganjal di kepala radja. Kenapa dia ada di sini?buat
apa?lalu kenapa kami bisa bertemu?kebetulan?tidak mungkin batinnya.
Si HMI kemudian menjelaskan kepada radja bahwa ia adalah anak
dari seorang pekerja di kedubes belgia untuk Indonesia. Sebuah map si ayah
tertinggal di rumah tadi pagi sebelum berangkat kerja. Jadi mereka janjian
untuk bertemu di sini. Lega lah kini perasaan radja. Sebelumnya ia menyangka si
HMI ini mata-mata C.i.A atau paling tidak adalah mata-mata AURI yang sedang
mencarinya. Ah,pikiran konyol. Siapa sih dia?sampai di sediakan mata-mata untuk
mencari-nya?Betapa kalutnya pikiran-nya sekarang. Si HMI lalu berpamitan untuk
mengejar sebuah pertemuan di depok. Di dekat kampusnya. Ia kini sedang magang
di rumah sakit Angkatan darat,itulah sebabnya ia bisa singgah ke hotel
Indonesia. ‘’boleh aku ikut? ada surat dari ayah yang ingin aku sampaikan
kepada ai.’’ujar radja berbohong. Ia tak tau lagi mesti kemana sekarang. Rasa
takut kepada major soedjono dan om soegeng membuat ia ingin menghindar dari
halim untuk sementara waktu. Ia tau apa yang bakal ia terima nanti. Ia pasti di
anggap prajurit yang desersi. penurunan pangkat atau malah pemecatan telah
menunggunya di halim. tapi ia tak takut. Ada kengerian melebihi pemecatan yang
tak bisa ia jelaskan muncul di hatinya saat ini. Ia butuh waktu untuk menyendiri dan beristirahat yang tidak mungkin bisa ia
dapatkan di halim. ‘’dipa masih bisa tinggal di rumah om soegeng.’’pikirnya.
ah. Betapa tidak enaknya menjadi dewasa.
Mereka berdua berboncengan dengan sepeda motor menuju depok.
Setelah kejadian pemukulan dilubang buaya,radja sempat pulang ke rumah untuk
berganti pakaian. Namun saat itu ia belum berpikir untuk kabur dari halim. oleh
karna itu ia hanya mengenakan pakaian yang menutupi badannya tanpa membawa
satupun pakaian ganti. Masa bodoh pikirnya. Sewaktu di jogja saja ia tidak
berganti pakaian selama berbulan-bulan kok. Kenapa sekarang aku mesti takut.
Di sepanjang jalan Mahakam perjalanan mereka terganggu akibat
aksi massa yang sedang di lakukan oleh pemuda rakjat yang bergabung dengan CGMI
Djakarta raya. Aksi massa ini sedang menyiapkan tuntutan agar segera di
bubarkannya HMI di seluruh Indonesia dan penangkapan segera kepada pejabat-pejabat
yang di curigai sebagai bagian dari gerombolan GAS(Gerakan anti Soekarno).
Mereka bergerak cepat seperti badai yang menyapu daratan. Wajah
si HMI memucat karna takut. Ia selalu takut ketika berhadap hadapan dengan mahasiswa-mahasiwa
dari CGMI.
Panasnya matahari yang membakar Djakarta tidak mengendurkan
semangat para pemuda. Malah sepertinya memberikan energy baru untuk merusak.
Si HMI meminggirkan sepeda motornya di jajaran rumah toko yang
seakan bergetar akibat teriakan marah para pemuda. Segerombolan pemuda
mengenakan baret merah dan memakai pakaian hitam-hitam mendekati mereka.
‘’Mau kemana lu lu pade?’’
bentak seorang pemuda memble berwajah
bopeng.
Dengan tenang radja menjawab ‘’Mau ke Jalan duri. Mau ke rumah kawan sudisman. Ada masalah kawan?’’
Lelaki bopeng itu melumerkan wajah garangnya. Sambil tersenyum
menunduk ia meminta maaf dan bergegas pergi bersama gerombolannya.
‘’Aku bukan PKI. Aku hanya berbohong agar mereka tidak
mengganggu kita’’ ujar radja kepada si HMI tanpa di tanya. ‘’jangan takut’’
sambung si radja.
Kata-kata itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan si HMI. Walau ia
mengangguk dan tersenyum.
Di sepanjang perjalanan berikutnya si HMI lebih banyak diam. Ia
mulai berhati-hati untuk mengobralkan cerita cerita-nya kepada radja.