NOVEL PERTAMA_KU Bagian 4 ''Di sebuah kamar gas beracun''
IV
Di sebuah Kamar gas beracun
Jam
dinding bergaya abad pertengahan dengan ujung yang meruncing berdentang 1x.
sebuah boneka ayam yang terbuat dari kayu keluar dari sangkarnya dan berkeruyuk
sekali saja. Sangat menarik perhatian radja.
Satu-satunya
barang yang tergolong mewah di rumah ini pikir radja.
Hanya
sebentar saja perhatiannya teralih ke jam dinding pengganggu tidur orang itu.
Ia kembali menurunkan pandangannya ke arah bawah. Ke arah buku tebal bersampul
merah yang sedang terbuka di hadapannya.
Sudah
hampir 2 jam ia membaca buku tebal itu. namun belum ada hal berarti yang bisa
ia ambil. Selama ini Radja memang tidak menyukai ilmu politik.
‘’Sialan.’’
Maki-nya entah kepada siapa. Mataku bisa rabun lama-lama. Sebentar ia
renggangkan tubuhnya sambil berayun di kursi kayu yang ia duduki. Kakinya ia
coba luruskan di bawah meja yang sempit itu.
‘’Bagaimana? Sudah
mengertikah kau betapa berbahaya-nya kolonialisme,imperialisme dan kapitalisme
itu?’’ si major datang dengan cara yang mengejutkan di belakangnya. Untuk
pertama kali ia bisa melihat senyum sang major.
‘’Ya
pak’’jawab radja karna rasa hormatnya.
‘’Jadi,kau
tau apa yang harusnya jendral-jendral borjuis itu dapatkan?
‘’Apa
pak?’’jawab radja pura-pura serius.
‘’Di
gantung di monas! Biar mereka bisa jadi contoh buat orang-orang reaksioner yang
lain!’’kali ini radja melihat wajah sang major berubah menjadi menyeramkan.
Pasti
ini hanya perasaannya saja. Beginikah sepantasnya sikap seorang
prajurit?pikirnya. tapi ada kekaguman yang tiba-tiba tumbuh di dalam dada radja
setelah beberapa jam ia mendengarkan ceramah si major tentang ketidak
adilan-sosial di dalam tubuh semua angkatan perang. Pria ini berjiwa besar,Pikirnya.
Sedingin dan sekejam apapun,ia hanya ingin memperbaiki nasib bangsa ini.
Apa
yang ia katakan dari tadi malam sesuai dengan keadaan. Lihat saja kehidupan
ekonominya. Bandingkan coba dengan kehidupan jendral-jendral borjuis di MBAD.
Seperdetik
kemudian ada rasa malu yang menampar-nampar hatinya. ‘’aku harus
serius’’pikirnya. Dia atasanku. Sumpah sapta marga saja mengharuskan aku
mengikuti segala perintahnya,apalagi di tambah dengan niat dan jalan hidup-nya
yang lurus. Ini adalah lelaki hebat! Radja tersenyum dengan tulus kepada sang
major. Namun senyuman ini membuat si major menunjukkan perasaan jijik. Lalu
mereka tertawa berbarengan.
‘’Orang
yang berbicara di aula tadi siapa pak?’’ radja mencoba memanfaatkan keadaan si
major yang sedang sumringah untuk bisa menjawab segala pertanyaan yang ada di
kepala-nya.
‘’Akhirnya
kau bertanya juga’’kali ini sebuah senyuman ke-dua dari si major,syah telah
mencairkan suasana hingga matahari muncul beberapa jam lagi.
‘’Dia
itu anggota biro chusus dari PKI’’ jawab si major.
Mata
sebelah kiri radja bergerak tanpa di perintah. Ini adalah salah satu tanda atau
bahasa tubuh khas radja ketika ia mengalami kaget yang luar biasa.
PKI!Partai
Komunis Indonesia! Si perusuh madiun. Si pembunuh ayah dan abang,mungkin juga
si pembunuh ibu,atau mungkin juga si pembunuh semua ternak ayam di
kampung,pembunuh kerbau-kerbau, dan pasti mereka juga yang membunuhi ikan-ikan di
sungai. Ah. Kenapa harus berurusan dengan PKI lagi? batin radja benar-benar
bagai terkena serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Saking kagetnya ia tak
bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Ia
tersadar,lalu membuka buku yang ada di genggamannya. V.I Lenin si penulis buku.
‘’Apa yang harus kita lakukan’’judul tebal di halaman pertama.
Ya,ini
dia. Si lenin. Si botak dari moskow itu. pemimpin komunis uni soviet yang sudah
mampus!
Major
soedjono yang mengamati perubahan sikap salah satu anggota-nya itu langsung
tersadar dan mencoba mengingat-ingat. Ya,akhirnya ia ingat,anak ini kan anak
yang di bawa kolonel soegeng dari jogja. Yang keluarganya tewas di bantai FDR/PKI.
Pantas saja ia kelihatan traumatik. Namun ia prajurit hebat,karirnya
cemerlang,aku harus merubah pola pikirnya perlahan-lahan.batin si major.
‘’kau
mau kopi?” si major mencoba mengalihkan perhatian radja.
‘’oh,
tidak usah pak’’ radja mencoba mengendalikan diri.
‘’yakin
tidak apa-apa’’?
‘’insya
allah yakin pak’’
‘’hahaha.
Ya sudah’’saya ke kamar sebentar ucap si major.
Sialan,dia
mentertawakan insyaallah-ku. Dasar kafir!atheis!maki radja dalam hati.
Ia
menggerutu selama beberapa detik sebelum si major kembali lagi sambil membawa
sebuah kotak aluminium berpelitur warna emas.
‘’ini
cerutu dari negara saudara kita. Kuba!havana!fidel castro itu saudara angkat
bapak kita. Jadi beliau harus kita anggap sebagai bapak kita juga.’’
Sikap
dan kelakuan sang major benar-benar berubah di waktu menuju pagi ini. Seperti actor
film konyol pikir radja. Akhirnya mereka berdua asik menghisap dan
menghembuskan asap dari cerutu kuba itu.
wajar saja jika seluruh ruangan kamar tamu yang sempit itu berubah bentuk
seakan menjadi kamar pembantaian penuh gas beracun yang di siapkan sang mega
bintang hitler kepada ras yahudi. hingga membuat radja terbatuk-batuk. Manusia memang
mempunyai sifat dasar penyuap dan di suap sejak ia di lahirkan. Tidak bisa di
pungkiri.
Radja
yang beberapa menit lalu bertekad untuk tidak mengindahkan segala ucapan si
major kini terlihat tertawa cekikikan bersama sang major. Entah apa saja yang
telah mereka bahas. Sementara itu,matahari telah terbangun dari tidurnya dan
menyoraki sang bulan untuk segera pergi menjauh. Suara adzan dari surau
terdekat pun mengumandangkan panggilan sang tuhan yang esa agar hambanya selalu
mengingatnya. Malam berakhir,pagi pun datang, 2 bulan lagi kita menuju ke
sebuah peristiwa yang paling menggegerkan bangsa ini.
*